
Kalau hari ini lo liat kiper Premier League pada pakai gloves neon, nyelamet bola dengan gaya akrobatik, atau jadi sweeper kayak Neuer — ya, semua itu keren.
Tapi dulu?
Sebelum hype itu semua, David Seaman udah lama jadi standar ketenangan.
Dia gak banyak gaya. Gak panik. Gak ngejar spotlight. Tapi…
Lo kasih bola liar di kotak penalti? Dia sapu.
Lo kasih tembakan jarak jauh? Dia tepis.
Lo lempar crossing? Dia tangkap, senyum, terus pasing.
Itulah Seaman: clean, tenang, dan tangguh.
Awal Karier: Dari Yorkshire ke Panggung Besar
David Seaman lahir tahun 1963 di Rotherham, Inggris.
Dia gak lahir di tengah spotlight. Kariernya dibangun pelan-pelan dari bawah banget.
Tahap awal:
- Debut profesional di Peterborough United (1982)
- Lalu pindah ke Birmingham City dan Queens Park Rangers (QPR)
- Di QPR, dia mulai dapat sorotan karena refleks luar biasa dan distribusi bola yang rapi (zaman itu jarang)
Saat itu banyak klub top Inggris cari kiper yang bisa diandalkan.
Dan Arsenal, yang dilatih George Graham, langsung ngegas buat rekrut dia.
Era Arsenal: Menjadi Ikon The Gunners
Tahun 1990, Arsenal beli Seaman dari QPR dengan harga rekor nasional untuk seorang kiper saat itu: £1,3 juta.
Dan… itu investasi terbaik yang pernah mereka ambil.
Prestasi bersama Arsenal:
- 3x juara Liga Inggris
- 4x juara FA Cup
- 1x juara Piala Winners Eropa (1994)
- 1x juara Community Shield
Gaya main Arsenal zaman itu gak neko-neko. Mereka:
- Solid di belakang
- Midfield disiplin
- Striker oportunis
Dan Seaman jadi pilar utama sistem defensif itu.
Duet dia bareng Tony Adams, Steve Bould, dan Lee Dixon jadi tembok besi klasik Inggris — yang bikin lawan mikir dua kali buat crossing.
Ciri Khas Seaman: Kumis Tebal, Sarung Tangan Besar, dan Refleks Monster
Kalau lo nonton highlight David Seaman, lo bakal nemuin hal-hal ini:
- Handling bola udara yang nyaris sempurna
– Gak gampang kepanikan, selalu clean - Refleks short-range top tier
– Banyak penyelamatan jarak dekat yang gak masuk akal - Distribusi sederhana tapi tepat
– Gak ada passing gaya tiki-taka, tapi selalu sampai ke target - Aura “commanding” di kotak penalti
– Lo liat dia, lo tahu dia bos-nya area itu
Dan jangan lupakan penyelamatan header Paul Peschisolido tahun 2003 di FA Cup — sering disebut “The Greatest Save in FA Cup history.”
Timnas Inggris: Dari Pahlawan Sampai Korban Momen Viral
David Seaman adalah kiper utama Inggris sepanjang 1990-an. Dia main di:
- Euro 1996
- Piala Dunia 1998
- Euro 2000
- Piala Dunia 2002
Momen tertingginya:
- Euro 1996: tampil solid sepanjang turnamen, bantu Inggris sampai semifinal
- Jadi pahlawan di adu penalti lawan Spanyol
Tapi juga momen pahit:
- Piala Dunia 2002: kebobolan gol lob dari Ronaldinho dari jarak 35+ meter
– Gol itu jadi meme global dan bikin Seaman down banget
– Padahal, di usia 39, dia masih tampil bagus secara keseluruhan
Sayangnya, banyak yang cuma inget blunder itu dan lupa kalau tanpa Seaman, Inggris mungkin gak sampai sejauh itu.
Kehidupan Pasca-Arsenal: Satu Musim di Man City & Gantung Sarung Tangan
Tahun 2003, Seaman cabut dari Arsenal setelah lebih dari 560 pertandingan.
Dia sempat main buat Manchester City selama satu musim, tapi cedera bahu bikin dia pensiun di awal 2004.
Dia pamit dari sepak bola tanpa banyak drama.
Tapi reputasinya sebagai kiper terbaik Inggris di era 90-an tetap nempel.
Dan Arsenal? Butuh bertahun-tahun buat nemu pengganti yang se-level konsistensinya.
Kenapa Seaman Jarang Dihype Hari Ini?
- Gak punya highlight “Instagrammable”
– Penyelamatannya efisien, bukan akrobatik - Bermain di era sebelum social media
– Jadi gak pernah viral kayak Neuer atau Alisson - Satu-dua blunder yang terlalu diingat publik
– Sayangnya, Ronaldinho moment itu hard to erase - Kepribadian lowkey
– Bukan tipe yang aktif di media atau bikin drama
Padahal… lo tanya legenda Premier League siapa kiper yang mereka percaya di belakang?
Nama Seaman bakal sering muncul.
Legacy: Kapten Tanpa Ban, Penjaga Gawang yang Beneran Menjaga
David Seaman adalah definisi safe pair of hands.
Kalau dia berdiri di bawah mistar, satu tim bisa main dengan tenang.
Dia:
- Jarang salah posisi
- Konsisten banget
- Bukan kiper “1 musim top, 1 musim flop”
- Tahan tekanan media Inggris yang brutal
Dan yang lebih keren?
Dia dihormati bukan karena branding, tapi karena kerja nyata di lapangan.
Dia jadi inspirasi buat generasi setelahnya — termasuk Joe Hart, Pickford, sampai Aaron Ramsdale yang sering sebut dia sebagai panutan.